Hari ini di ruang kerja saya
panas sekali suhunya, maklum siang hari dan matahari lagi sumringah menunjukkan
kegagahannya. Masih dalam tulisan saya tentang pendidikan orangtua dalam
mendidik anak, dalam bahasa kerennya Parenting Edukasi. Enaknya apa yang kita
bahas? Bagaimana kalau tentang resolusi awal tahun dalam mendidik anak kita? Sebelumnya
saya punya cerita tentang mendidik Anak, ini terjadi saat saya mengisi sebuah
kajian parenting untuk orangtua keluarga tidak mampu yang di bina oleh Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI - Surabaya) organisasi sosial dari negara Korea.
Seperti biasa setiap awal
pertemuan, saya selalu mengucapkan salam dan menanyakan kabar dari peserta yang
ikut, saat itu ada seorang ibu yang dengan semangatnya menjawab sapaan saya.
waah, melihat antusias ibu itu saya bertambah semangat untuk menyampaikan
materi, lalu saya menyalakan LCD proyektor dan berkata, ‘’ Kita akan membicarakan
tentang mendidik dengan hati.‘’ setelah itu saya kembali mengarahkan pandangan
kearah peserta, dari raut muka mereka menunjukkan ekspresi heran, aneh, mungkin
dalam hatinya bilang… ‘’Apa-apaan Aulia ini, semua orangtua pasti mendidik dengan
hati!‘’
Setelah itu saya coba
arahkan bahwa semua anak yang lahir kedunia 99% orangtua siap menyayangi dan
merawatnya dengan hati, lalu apa maksud judul materi saya? Ok, mari kita masuki
materi mendidik dengan hati ini, sebelumnya bagi Anda yang membaca tulisan ini
saya mengajak untuk meluruskan niat terlebih dahulu, menjadikan diri kita hijau
seperti sehelai daun di sebuah ranting pohon, mengapa saya mengajak Anda
menjadi daun yang hijau, bila kita amati daun yang masih hijau atau masih segar
tidak akan berhenti melakukan kebaikan, satu kebaikkannya yang selalu dilakukan
setiap hari adalah melakukan proses fotosintesis, proses daun dengan
organ-organnya menciptakan makanan bagi pohon dan selain itu yang dihasilkan
dari proses itu adalah udara yang juga tidak dia pakai sendiri namun dilepas
kealam diberikannya pada makhluk hidup lainnya untuk bernafas, dan bila daun
itu sudah tidak produktif lagi dia akan mengering dan menggugurkan dirinya
kebawah agar tempatnya yang selama di tempati dapat digantikan oleh cikal daun
yang baru.
Semoga awalan saya ini jelas
dan Anda dapat menangkap maksudnya, sebaik-baik manusia adalah manusia yang
bermanfaat bagi manusia dan lingkungannya serta tidak memikirkan kekuasaan
semata, seperti halnya yang tersurat dalam agama kita. Sekarang baru akan saya
coba jelaskan mendidik dengan hati, kata-kata tersebut saya rasa sudah tidak
asing terdengar maupun Anda baca. Pada initinya dalam materi ini saya
mengingatkan dan mengajak diri saya pribadi, agar selalu memanusikan anak kita
dan benar-benar menyayanginya.
Ada beberapa hal cara kita
berkomunikasi yang baik dengan anak, yang jelas kata kuncinya adalah
menggunakan kata positif dan buat mereka ada bagi Anda. Langkah pertama yang
bisa kita lakukan, membangun komunikasi baik, ini biasanya sering kita lalaikan,
apa lagi pada masyarakat perkotaan. Logat dan bahasa yang digunakan sudah tidak
ada batas dan pembeda diakan berbicara dengan siapa dan lebih tua mana usianya.
Coba kita budayakan membangun
keluarga yang tidak lepas dari tradisi negara Indonesia yang beraneka ragam
sukunya, hampir disetiap suku di Indonesia memiliki golongan bahasa yang di
gunakan untuk berkomunikasi, dalam bahasa jawa kita mengenal istilah Kromo Inggil,
Kromo dan Ngoko. Masih ingatkah Anda dengan Istilah tersebut? Naah… mari kita
bangun kembali pada buah hati kita, untuk menanmkan tradisi, budaya dan
karakter pada mereka, kita didik dengan melakukan hal yang sama bukan sekedar
mengajarkan.
Kedua, memberi contoh prilaku positif,
masih ingat ketika orangtua kita mengingatkan kita shalat? Diingatan saya masih
terpaku kuat ketika di rumah kami sekeluarga tidak beranjak shalat ketika Adzan
berkumandang, atau ketika kita diingatkan shalat ketika kita belum shalat tapi
kita masih menunda, waah saat itu Ayah saya tidak berpanjang lebar dengan omelan
tapi, baliau dating dengan membawa sajadah dan diberikan pada kami, namun saat
itu ada dua kemungkinan ketika sajadah itu diberikan pada kami, sajadah itu diletakkan
dipudak saya atau bisa jadi sajadah itu dimampirkan dipantat dulu alias dipukulkan
kesaya.
Tapi bukan itu yag kita
ambil namun prilaku atau contoh yang dilakukan ayah kita ketika meminta kita
shalat ayah juga dalm kondisi akan shalat atau bahkan sudah shalat, berbeda
dengan saat ini, ketika orangtua berharap anaknya pandai dan mengerti agama
namun mereka sendiri tidak ingin bahkan tidak ada kemauan untuk belajar agama,
singkat kata kalau kita ingin memerintah anak hendaknya kita juga memberikan
contohnya, bagaimana dan seperti apa yang harus dilakukan oleh anak.
Yang ketiga, berikan
yang halal, memberikan makan dan keperluan yang halal untuk anak dan
keluarga kita hukumnya wajib bagi seorang pria sejati, memberi nafkah yang
halal merupakan sebuah kegiatan pertanggung jawaban kita dimata tuhan dan
orangtua kita. Hal ini sepertinya sepele namun susah untuk dilakukan, fakta
telah membuktikan mungkin selama ini anggapan kita melakukan hal haram hanya
dilakukan oleh orang miskin yang kekurangan harta saja? Namun buktinya orang
kayapun dengan gaji berapapun juga menghiraukan kehalalan hasil usahanya, coba
lihat para koruptor? Kurang apa mereka di dunia ini? Tapi tetap saja mengambil
hak rakyat.
Naah, disini kita sekaligus
mengajarkan karakter utama bagi makhluk hidup yakni agama, sumber segala macam
karekter yang ada di dunia ini. Mengapa demikian banyak peneliti telah merilis
hasil pengamatannya tentang asupan yang diberika orangtua pada anak sangat berpengaruh
bagi kelangsungan hidup anak, yang dimaksud kelangsungan hidup disini adalah
watak, prilaku dan kehidupan masa depan anak.
Keempat, pengawasan
jaman sekarang orangtua mengalami tantangan sangat berat dalam hal pengawasan
anak, hal ini dibuktikan terus meningkatnya angka pergaulan bebas yang
dilakukan oleh usia dibawah umur, anak SD dan SMP saat ini sudah mengenal lawan
jenis, bukan untuk menjaga diri namun memberikan diri dengan istilah pacaran,
istilah itu membuat generasi Indonesia akhlaqnya semakin terpuruk.
Perkembangan tekhnologi
bukan menjadi pembantu kita namun menjadi sebuah tantangan baru bagi kita,
apakah kita harus meninggalkannya? Jawabnya jangan, malah kita harus bersahabat
dengan semua tantangan kita dalam mendidik anak karena dari situ kita tahu
prilaku menyimpang anak sehingga dapat kita luruskan.
Terakhir adalah do’a
ini kegiatan biasa yang dilakukan orangtua untuk anaknya, memohon kepada sang
pencipta agar anak mereka menjadi shaleh dan shaleha sehingga dapat mendoakan
orangtua menuju ampunan Allah. Semua ini harus dilakukan secara bersama,
bagaimana bila salah satu saja tidak dilakukan? Ibarat organ tubuh manusia bila
ada yang tidak berfungsi satu organ saja, bisa jadi manusia tersebut akan
mengalami gangguan kesehatan atau bahkan kehilangan nyawanya.
Semoga informasi ini bisa
menjadi referensi Anda mendidik buah hati, semoga bermanfaat bila ada hal yang
kurang berkenan saya mohon maaf, semoga Allah memberikan kita kemudahan
mendidik buah hati kita. Isi aktifitas jadwal kami di
tempat Anda dengan menghubungi alamat atau no. telp di bawah tampilan berandawebsite ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih atas kunjungan dan Komentar Anda.
Kunjungi pula :
Fan Page : www.facebook.com/auliarahmanpakguru
Twitter : @auliapakguru