Jumat, 03 Januari 2014

MENDIDIK ANAK DENGAN HATI

Hari ini di ruang kerja saya panas sekali suhunya, maklum siang hari dan matahari lagi sumringah menunjukkan kegagahannya. Masih dalam tulisan saya tentang pendidikan orangtua dalam mendidik anak, dalam bahasa kerennya Parenting Edukasi. Enaknya apa yang kita bahas? Bagaimana kalau tentang resolusi awal tahun dalam mendidik anak kita? Sebelumnya saya punya cerita tentang mendidik Anak, ini terjadi saat saya mengisi sebuah kajian parenting untuk orangtua keluarga tidak mampu yang di bina oleh Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI - Surabaya) organisasi sosial dari negara Korea.

Seperti biasa setiap awal pertemuan, saya selalu mengucapkan salam dan menanyakan kabar dari peserta yang ikut, saat itu ada seorang ibu yang dengan semangatnya menjawab sapaan saya. waah, melihat antusias ibu itu saya bertambah semangat untuk menyampaikan materi, lalu saya menyalakan LCD proyektor dan berkata, ‘’ Kita akan membicarakan tentang mendidik dengan hati.‘’ setelah itu saya kembali mengarahkan pandangan kearah peserta, dari raut muka mereka menunjukkan ekspresi heran, aneh, mungkin dalam hatinya bilang… ‘’Apa-apaan Aulia ini, semua orangtua pasti mendidik dengan hati!‘’

Setelah itu saya coba arahkan bahwa semua anak yang lahir kedunia 99% orangtua siap menyayangi dan merawatnya dengan hati, lalu apa maksud judul materi saya? Ok, mari kita masuki materi mendidik dengan hati ini, sebelumnya bagi Anda yang membaca tulisan ini saya mengajak untuk meluruskan niat terlebih dahulu, menjadikan diri kita hijau seperti sehelai daun di sebuah ranting pohon, mengapa saya mengajak Anda menjadi daun yang hijau, bila kita amati daun yang masih hijau atau masih segar tidak akan berhenti melakukan kebaikan, satu kebaikkannya yang selalu dilakukan setiap hari adalah melakukan proses fotosintesis, proses daun dengan organ-organnya menciptakan makanan bagi pohon dan selain itu yang dihasilkan dari proses itu adalah udara yang juga tidak dia pakai sendiri namun dilepas kealam diberikannya pada makhluk hidup lainnya untuk bernafas, dan bila daun itu sudah tidak produktif lagi dia akan mengering dan menggugurkan dirinya kebawah agar tempatnya yang selama di tempati dapat digantikan oleh cikal daun yang baru.

Semoga awalan saya ini jelas dan Anda dapat menangkap maksudnya, sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungannya serta tidak memikirkan kekuasaan semata, seperti halnya yang tersurat dalam agama kita. Sekarang baru akan saya coba jelaskan mendidik dengan hati, kata-kata tersebut saya rasa sudah tidak asing terdengar maupun Anda baca. Pada initinya dalam materi ini saya mengingatkan dan mengajak diri saya pribadi, agar selalu memanusikan anak kita dan benar-benar menyayanginya.

Ada beberapa hal cara kita berkomunikasi yang baik dengan anak, yang jelas kata kuncinya adalah menggunakan kata positif dan buat mereka ada bagi Anda. Langkah pertama yang bisa kita lakukan, membangun komunikasi baik, ini biasanya sering kita lalaikan, apa lagi pada masyarakat perkotaan. Logat dan bahasa yang digunakan sudah tidak ada batas dan pembeda diakan berbicara dengan siapa dan lebih tua mana usianya.

Coba kita budayakan membangun keluarga yang tidak lepas dari tradisi negara Indonesia yang beraneka ragam sukunya, hampir disetiap suku di Indonesia memiliki golongan bahasa yang di gunakan untuk berkomunikasi, dalam bahasa jawa kita mengenal istilah Kromo Inggil, Kromo dan Ngoko. Masih ingatkah Anda dengan Istilah tersebut? Naah… mari kita bangun kembali pada buah hati kita, untuk menanmkan tradisi, budaya dan karakter pada mereka, kita didik dengan melakukan hal yang sama bukan sekedar mengajarkan.

Kedua, memberi contoh prilaku positif, masih ingat ketika orangtua kita mengingatkan kita shalat? Diingatan saya masih terpaku kuat ketika di rumah kami sekeluarga tidak beranjak shalat ketika Adzan berkumandang, atau ketika kita diingatkan shalat ketika kita belum shalat tapi kita masih menunda, waah saat itu Ayah saya tidak berpanjang lebar dengan omelan tapi, baliau dating dengan membawa sajadah dan diberikan pada kami, namun saat itu ada dua kemungkinan ketika sajadah itu diberikan pada kami, sajadah itu diletakkan dipudak saya atau bisa jadi sajadah itu dimampirkan dipantat dulu alias dipukulkan kesaya.

Tapi bukan itu yag kita ambil namun prilaku atau contoh yang dilakukan ayah kita ketika meminta kita shalat ayah juga dalm kondisi akan shalat atau bahkan sudah shalat, berbeda dengan saat ini, ketika orangtua berharap anaknya pandai dan mengerti agama namun mereka sendiri tidak ingin bahkan tidak ada kemauan untuk belajar agama, singkat kata kalau kita ingin memerintah anak hendaknya kita juga memberikan contohnya, bagaimana dan seperti apa yang harus dilakukan oleh anak.

Yang ketiga, berikan yang halal, memberikan makan dan keperluan yang halal untuk anak dan keluarga kita hukumnya wajib bagi seorang pria sejati, memberi nafkah yang halal merupakan sebuah kegiatan pertanggung jawaban kita dimata tuhan dan orangtua kita. Hal ini sepertinya sepele namun susah untuk dilakukan, fakta telah membuktikan mungkin selama ini anggapan kita melakukan hal haram hanya dilakukan oleh orang miskin yang kekurangan harta saja? Namun buktinya orang kayapun dengan gaji berapapun juga menghiraukan kehalalan hasil usahanya, coba lihat para koruptor? Kurang apa mereka di dunia ini? Tapi tetap saja mengambil hak rakyat.

Naah, disini kita sekaligus mengajarkan karakter utama bagi makhluk hidup yakni agama, sumber segala macam karekter yang ada di dunia ini. Mengapa demikian banyak peneliti telah merilis hasil pengamatannya tentang asupan yang diberika orangtua pada anak sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup anak, yang dimaksud kelangsungan hidup disini adalah watak, prilaku dan kehidupan masa depan anak.

Keempat, pengawasan jaman sekarang orangtua mengalami tantangan sangat berat dalam hal pengawasan anak, hal ini dibuktikan terus meningkatnya angka pergaulan bebas yang dilakukan oleh usia dibawah umur, anak SD dan SMP saat ini sudah mengenal lawan jenis, bukan untuk menjaga diri namun memberikan diri dengan istilah pacaran, istilah itu membuat generasi Indonesia akhlaqnya semakin terpuruk.

Perkembangan tekhnologi bukan menjadi pembantu kita namun menjadi sebuah tantangan baru bagi kita, apakah kita harus meninggalkannya? Jawabnya jangan, malah kita harus bersahabat dengan semua tantangan kita dalam mendidik anak karena dari situ kita tahu prilaku menyimpang anak sehingga dapat kita luruskan.

Terakhir adalah do’a ini kegiatan biasa yang dilakukan orangtua untuk anaknya, memohon kepada sang pencipta agar anak mereka menjadi shaleh dan shaleha sehingga dapat mendoakan orangtua menuju ampunan Allah. Semua ini harus dilakukan secara bersama, bagaimana bila salah satu saja tidak dilakukan? Ibarat organ tubuh manusia bila ada yang tidak berfungsi satu organ saja, bisa jadi manusia tersebut akan mengalami gangguan kesehatan atau bahkan kehilangan nyawanya.

Semoga informasi ini bisa menjadi referensi Anda mendidik buah hati, semoga bermanfaat bila ada hal yang kurang berkenan saya mohon maaf, semoga Allah memberikan kita kemudahan mendidik buah hati kita. Isi aktifitas jadwal kami di tempat Anda dengan menghubungi alamat atau no. telp di bawah tampilan berandawebsite ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan Komentar Anda.

Kunjungi pula :
Fan Page : www.facebook.com/auliarahmanpakguru
Twitter : @auliapakguru