Jumat, 10 Juni 2011

Aku Berbicara Dengan Anakku

Oleh : Aulia Rahman, SH (Pak Guru)
Disampaikan tanggal 27 Mei 2011 di Radio Carolina Am 1080 KHz

Sahabat sukses ada sebuah kisah fiksi antara seekor bebek dan seekor anak burung, awalnya ada seeokor bebek yang sedang mengerami telurnya di dalam kandang, kemudian induk bebek meninggalkan eraman yang didalamnya terdapat dua butir telur calon anak bebek untuk mencari makan diluar kandang, lalu tiba-tiba telur seekor burung yang sangkarnya tepat berada di atas kandang bebek terjatuh dan masuk dalam eraman bebek, ketika bebek kembali kekandang bebek terkejut melihat telurnya menjadi tiga buah yang awalnya hanya ada dua butir, kemudian bebek mencari tahu telur milik siapa yang satu ini, setelah beberapa saat bebek kembali lagi keeramannya dan berkata wahai terlur bila engkau datang kesini karena perintah tuhan maka aku akan selalu menjagamu hingga kau menetas nanti.
Kemudian bebek mengerami ketiga telurnya sampai suatu hari telur itu satu demi satu menetas, telur pertama milik bebek menetas menjadi anak bebek jantan yang tampan, yang kedua telur bebek menetas menjadi anak bebek yang cantik, tetapi apa yang terjadi dengan telur yang satunya, selang dua hari setelah telur-telur bebek menetas hanya satu telur yang belum menetas kata bebek. tetapi karena bebek menganggap telur itu hadiah dari tuhan maka dia selalu menjaganya suatu ketika telur itu bergerak dan lalu menetas, dari hasil telur itu ternyata yang menetas adalah seekor anak burung yang tampan dengan warna bulu yang indah, bebek terkejut ‘’waah anak siapa ini?? Dia bukan anakku. ‘’ kata bebek., namun anak burung itu terus memanggil bebek dengan panggilan mama.
Setelah beberapa bulan berlalu ketiga anak bebek tumbuh besar dan mulai berjalan, bebek mulai mengajarkan kebiasaan bangsa bebek, ketika itu yang diajarkan bebek untuk pertamakalinya berlatih diluar kandang adalah pelajaran berenang, ketiga anak bebek berjalan dengan komando induknya untuk melakukan pelajaran pertama bersama induknya, tiga anak bebek itu mendengarkan instruksi pertama dari bebek untuk berenang, anak bebek pertama mulai masuk dalam kolam dan berhasil berenang, anak bebek yang kedua berhasil berenang pula lalu yang ketiga baru giliran burung kecil yang telah dirawat bebek mulai masuk kedalam kolam untuk berenang, dan apa yang terjadi? anak burung itu tenggelam dalam kolam karena anak burung tidak mempunyai selaput pada kakinya tidak seperti anak bebek pada umumnya.
Setelah pelajaran yang pertama selesai kedua anak bebek sudah mahir berenang kecuali anak burung yang bukan anak asli bebek otomatis tidak dapat berenang, kemudian bebek memberi instruksi yang kedua untuk meloncat menghindari musuh, bebek berkata ‘’ anak-anak bila kita diserang musuh kita harus melompat untuk menyerang atau melarikan diri cara melompat adalah kita dorong badan kita dengan kaki menuju atas dan kita bantu dengan kepakan sayap agar lompatan kita jahu.‘’ itu instruksi bebek. Kata anak bebek siap kami paham, yang pertama melakukan gerakan adalah anak bebek yang jantan lompat dan kepakkan sayap… (berhasil), anak bebek yang betina lompat dan kepakkan sayap… (berhasil), lalu anak burung yang ikut dengan bebek, lompat dan kepakkan sayap…. (berhasil) tapi anak burung itu terus terbang tinggi keangkasa layaknya burung-burung lainnya. Bebek terkejut dan menyadari bahwa anak ketiganya itu bukan bebek namun seekor anak burung yang bergabung dalam keluarga bebek.
Dari cerita diatas, sahabat banyak hal yang kita dapat kupas. Walau cerita diatas hanyalah sebatas fiksi namun cerita diatas dapat menjadi sebuah pelajaran bagi kita para orangtua yang dimana selama ini menganggap anak kita sebagai hadiah dari tuhan, tapi sampai saat ini apakah kita sudah mampu mengajarkan sesuatu yang baik bagi anak kita??
Terkadang kita hanya mengajarkan atau memberi sesuatu kepada anak kita apa yang kita inginkan saja, tapi pernakah kita berdialog merencanakan sesuatu yang diinginkan anak kita? Anak kita diajari untuk yang baik-baik saja semua kita lakukan bahkan kita paksakan agar yang di fikirkan dan dibicarakan oleh anak kita hanyalah hal yang baik-baik saja. Namun berbalik jahu dengan apa yang diajarkan dan dipaksakan orangtua kepada anak, kita sendiri juga belum bisa melakukan hal yang sama seperti yang diperintahkan orangtua pada sang anak. Mari sahabat sukses kita mencoba mempelajari cara berbicara kapada anak agar kita tidak menjadi seekor bebek yang tidak mengetahui bahwa anaknya bukan seekor bebek. Manusia jaman sekarang biasanya tidak paham dengan aturan-aturan yang telah lama ada hal ini biasanya disebut adat, dalam sebuah adat sebenarnya banyak terkandung nilai-nilai luhur yang sangat mendidik bahkan menjadikan manusia semakin mulia dihadapan orang lain maupun dihadapan tuhan.
Contoh kasus dalam adat jawa ada dilingkungan kita di sebut tata karma, dalam hal ini tata karma di bagi menjadi dua yaitu ucapan dan prilaku. Dalam ucapan bagi orang jawa jaman dahulu anak kecil atau yang usaianya lebih muda tidak boleh ‘’njambal‘’ (tidak sopan) kepada orang yang lebih tua, sedangkan orangtua ‘’ngajeni‘’ (menghargai) kepada orang yang lebih muda, jadi dengan begitu akan terjadi sebuah percakapan yang manis, halus, sopan dan santun. Dalam perkembangan jaman sekarang hal itu sudah mulai luntur bahkan di era abad 21 ini sudah lumayan susah mencari orang-orang yang memiliki karakter seperti itu maka dengan begitu dalam tulisan ini akan kita bahas bagaimana kita berbicara dengan anak atau orang yang lebih muda dari kita, dengan konsep awal kita agar kita tahu siapa anak kita sebenarnya melalui cara berbicara.

Bicara Tentang Kebaikan
Yang pertama ini adalah berbicara tentang hal-hal yang baik, banyak orangtua yang mengajarakan putra-putrinya agar berkata baik, biasanya dalam permasalahan ini banyak orangtua khususnya yang masih memegang adat akan mengajari anaknya untuk berbahasa daerah karma, atau kalau tidak begitu mengajarkan anaknya agar berbahasa Indonesia yang baik, apabila orangtua mengetahui pergaulan lingkungan anak-anaknya maka orangtua juga biasanya akan melakukan tindakan yang seakan extrem keanak, contoh apabila dilingkungan anak tersebut teman-temanya suka mengumpat (meso) maka orangtua akan mengatakan kepada anak jangan berteman sama si-A, itu contohnya.
Namun sebenarnya hal ini dilakukan hanyalah untuk memproteksi sianak agar tidak tertular suka mengumpat seperti si-A, pada masalah ini juga bisa terjadi pada lingkungan anak kita yang suka berbicara tidak jujur, cara diatas sering sekali dilakukan oleh pada orangtua padahal cara seperti ini bisa dikatakan benar dan bisa dikatakan salah, mengapa? Apabila kita melarang anak kita, maka mereka akan semakin berteman akrab sama si-A yang suka meso hal itu terjadi karena dalam otak kita yang disebut otak limbiek akan memproses zat yang mempunyai kecenderungan membuat manusianya semakin penasaran, lalu bagaimana solusinya? Caranya kita menanyakan pada anak kita apakah dia juga ikut-ikutan seperti si-A yang suka meso? Pasti jawabanya tidak karena anak kita tidak ingin dibilang nakal atau tidak ingin mengecewakan kita, kalau sudah seperti itu berilah penekanan kata dan sikap kasih sayang pada anak kita, contohnya mama tidak ingin anak mama yang cantik atau ganteng ini ikut-ikutan meso. Insya Allah anak kita akan menyadari kasih sayang dan ketulusan kita sebagai orangtua.

Berbicara Sopan Dua Arah
Yang Kedua berbicara sopan adalah berbicara dengan nada yang lembut dan menggunakan kata-kata yang pas atau ngajeni (menghargai) orang yang diajak berbicara. Dalam kasus ini dijaman sekarang banyak anak yang tidak pernah memperhatikan aturan berbicara dengan lawan bicaranya, contohnya anak kecil dengan menggunakan bahasa krama atau bahsa yang lebih halus dan sopan ketimbang bahasa yang biasanya mereka ucapkan dengan teman sebayanya. Dalam keluarga yang masih terjaga tata kramanya biasanya para orangtua menggunakan bahasa krama kepada putra-putrinya dengan harapan agar putra-putri mereka juga menggunakan bahasa krama diluar rumah, karena telah terbiasa dengan bahasa yang dipakai selama di rumah.
Bagaimana cara kita agar bisa melakukan hal diatas yang harus kita lakukan adalah menempatkan diri kita sebagai orangtua yang mengerti akan kebutuhan linguistic (pembicaraan) anak, apakah anak kita saat ini ingin bercerita atau ingin mengungkapkan pendapatnya. Dalam kehidupan modern biasanya dilakukan ketika keluarga sedang berkumpul dan melakukan makan bersama dengan cara makan bersama biasanya unek-unek pengalaman atau kejadian yang terjadi pada yang anak akan diceritakan, atau mereka ingin mengutarakan pendapatnya kepada orangtua, namun dalam proses ini orangtua juga harus care, bisa menerima apa yang disampaikan oleh anak dan juga bagi orangtua hukumnya wajib ikut bercerita apa yang telah dialami selama diluar rumah, hal itu dilakukan sebagai contoh dan motivasi kepada sang anak. Jadi yang diceritakan orangtua harus bersifat positif dan mendidik bukan masalah gossip atau hal yang dapat meracuni pikiran anak.
Lalu cara selanjutnya membuat cara berbicara dua arah, pembicaraan dua arah ini adalah hal ideal syarat percakapan, sebagai manusia social yang selalu ingin diperhatikan dan dihargai kita layaknya selalu menjaga pembicaraan dua arah kepada siapapun, salah satunya kepada anak kita. Pembicaraan dua arah ini bukan hanya mendengar dan menyampaikan sesuatu hal kepada lawan bicara kita namun juga kita menyampaikan pembicaraan positif pada lawan kita apa lagi terutama pada anak kita, setelah kita melakukan pembicaraan yang bersifat positif kita juga harus melakukan balasan pembicaraan yang bersifat memberikan solusi dan semangat kepada lawan kita, hal ini yang biasanya mudah sekali kita sebagai orangtua terpengaruh dari awal pembicaraan anak kita contohnya bila anak kita melakukan laporan kepada kita tentang kenakalan temannya yang terjadi di sekolahan, kita lalu terceletuk mengucapkan ‘’yaa sudah jangan berteman atau kumpul dengan dia ‘’ (kepada anak yang melakukan kenakalan). Padahal kita bisa melakukan balasan pembicaraan yang lebih baik lagi contohnya, kita melakukan reflek terkejut dengan kenakalan temannya, lalu kita berikan netralisir sebagi motivasi semangat anak kita, kita bisa melakukan kata-kata, ‘’Waaah… kok gitu yaa si-A, tapi anak papa tidak nakal seperti itukan? Itu baru anak papa ‘’ dengan kata-kata seperti itu anak kita merasa di ajeni (dihargai) sebagai lawan bicara dan sebagai anak.

Hindari Perdebatan Tak Berarti
Yang ketiga menghindari debat kusir adalah menghindari percakapan yang saling menang sendiri saling mempertahankan argument tapi tidak ada ujung pastinya. Dalam pembicaraan seperti ini didalam agama juga tidak diperbolehkan karena didalam debat bukanlah akal jernih dan hati tulus yang berbicara tetapi egoisme dan amarah, didalam amarah sendiri yang berpengaruh kuat bukanlah akal sehat namun setan yang mempengaruhi diri kita, maka daripada itu dalam agama dianjurkan untuk menghindari debat kusir, ada beberapa orang bertanya apa bedanya debat dengan musyawarah, jawabannya ini sudah sangat berbeda jahu. Musyawarah adalah usaha untuk merumuskan sesuatu dengan cara berkumpul dan berdiskusi yang terdiri dari beberapa orang dengan alur pembicaraan yang jelas dan bersifat mufakat, jadi dalam mendidik dan berbicara pada anak pun demikian halnya hindarilah debat kusir, apabila terjadi masalah yang harus dipecahkan janganlah menggunakan perdebatan namun gunakan jalan musyawarah dengan menempatkan diri kita sebagai orangtua menjadi pendengar dan penengah bila terjadi kebuntuan, ingat ini biasa terjadi bila putra-putri kita menginjak usia remaja jadi matangkan diri anda sebelum menghadapi masa-masa ini.

Berilah Pujian dan Reaward
Yang keempat berilah berilah pujian dan hadiah atau kejutan, bila anak kita selama ini baik-baik saja tidak bermasalah dan sudah seperti yang kita inginkan berilah mereka pujian atau hadiah kejutan hal ini semata-mata hanya sebagai motivasi saja bukan untuk foya-foya atau memanjakan yang berlebihan tetapi hanya untuk memberikan ucapan terimakasih kita karena mereka telah berusaha baik dalam menjalani hidupnya dan dapat menjaga akhlaknya, coba orangtua mana yang tidak ingin putra-putrinya akhlaknya terjaga?? Maka dari itu bila mereka berhasil menjaganya berikan apresiasi pada mereka dan ingat jangan beri yang berlebihan agar mereka tidak terlena dengan apa yang kita beri hendaknya kita juga berdiskusi dengan pasangan kita atau langsung dengan anak kita dalam menentukan hadiah apa yang cocok bagi mereka.
Itulah hal yang harus kita perhatikan dalam mengajarkan komunikasi kepada anak kita namun hendaknya komunikasi ini diajarkan sejak mereka ada dikandungan karena dengan komunikasi hubungan kasih sayang kita akan terjalin kuat antara orangtua dan anak, ada pepatah mengatakan mulutmu harimaumu yang maksudnya apa yang kita katakana juga dapat mematikan diri kita karena perkataan kita tidak santun dan tak tertata dengan baik. Semoga anda sekalian menjadi orangtua yang sukses dan dikaruniai anak-anak yang shaleh dan shaleha, Wallahu’alam Bis Showab. Amiin

LMC Motivator
Ikuti dialog motivasi bersama Aulia Rahman Wonderful success bersama Kank Hari Santoso
Setiap Jumat Minggu Ke2 dan Ke4 tiap bulan, jam 09.00 -10.00 Wib
di Radio Carolina 1080 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas kunjungan dan Komentar Anda.

Kunjungi pula :
Fan Page : www.facebook.com/auliarahmanpakguru
Twitter : @auliapakguru